Jumat, 20 Maret 2015

Ogoh-ogoh season 2


Setelah satu tahun berlalu, kembalilah saya memposting tentang ogoh-ogoh season 2. Kenapa season 2? Karena ini adalah postingan kedua tentang ogoh-ogoh yang saya buat. Postingan yang pertama silahkan klik disini
Sama seperti postingan sebelumnya, kali ini juga akan di tayangkan foto ogoh-ogoh yang terdapat di sekitaran jalan watturenggong, jalan sesetan, jalan diponegoro dan lapangan puputan. Namun tahun ini ogoh-ogohnya terkesan lebih modern seperti adanya ogoh-ogoh ibu gaul dan ogoh-ogoh selfie.  Tentunya di versi kali ini foto ogoh-ogoh lebih halus karena terjadinya peningkatan gadjet yang digunakan. Yang sebelumnya hanya menggunakan blackberry amstrong dan nokia 6310, sekarang sudah menggunakan iphone 4s dan lumia 535 (plus bantuan tongsis hehehe)Berikut foto-fotonya:









































Dan ini foto saya bersama teman-teman pemburu ogoh-ogoh, kebetulan saya yang pake baju oren garis putih abu hehehe:


Sekian dan terima kasih , sampai jumpa di postingan selanjutnya :)

Kamis, 19 Maret 2015

Persamaan Manusia dengan Primata lainnya

Otak
Otak primata terhitung besar relatif dengan ukuran tubuhnya, sebagian karena ketergantungannya yang erat pada perilaku yang fleksibel dan dipelajari. Berbeda dengan hewan lainnya, primata butuh waktu lama untuk tumbuh menjadi dewasa.

Mata
Seperti pada banyak predator, primata memiliki kedua mata yang berada di depan kepalanya. Masing-masing bidang penglihatan mata saling tindih satu sama lain, menghasilkan pandangan tiga dimensi. Pandangan tiga dimensi ini membantu primata menangkap mangsa atau melompat ke cabang pohon yang tinggi di atas tanah.

Hidung
Primata tidak terlalu bertopang pada penciuman seperti hewan lainnya. Sebaliknya, mereka sangat bergantung pada indera penglihatan. Atas alasan ini, primata tidak memiliki moncong atau memiliki moncong yang sangat pendek serta memiliki hidung yang kecil. Perubahan ini juga tampak pada ukuran daerah penciuman dan penglihatan di otak.

Gigi
Primata memiliki gerigi yang bentuknya berbeda-beda yang memungkinkan mereka memakan beraneka ragam makanan: getah, daun, buah, akar, ubi, kacang, serangga dan daging.

Klavikel
Primata melestarikan tulang klavikel (tulang dasi) yang telah hilang pada sebagian mamalia lainnya. Sebagian besar hewan, seperti anjing dan kucing, menggerakkan tangan dan kakinya dalam arah maju mundur. Sebaliknya, primata lebih sering mengayunkan tangannya ke samping kiri kanan, seperti saat memanjat pohon. Klavikel bertindak sebagai topangan untuk menstabilkan bahu sehingga gaya samping tidak merusaknya.

Tangan
Sebagian besar primata memiliki kuku atau cakar di jari tangan dan kaki. Mereka juga memiliki alur di bantalan sentuhnya (sidik jari). Alur ini memberikan gesekan yang lebih baik pada  jari kaki dan tangan saat berpegangan pada dahan atau memegang makanan.

Ibu Jari
Primata memiliki ibu jari tangan dan kaki yang berlawanan, yang berarti mereka dapat menggenggam dengan tangan dan kaki. Manusia telah kehilangan kemampuan menggenggam dengan kaki karena kendala bipedalisme. Sebagian besar primata, walau begitu, termasuk manusia, dapat menyentuhkan ibu jarinya dengan jari depan – sebuah posisi presisi yang memungkinkan mereka mengambil benda kecil seperti benih rumput.

Dari kiri ke kanan: Manusia, Gorila, Simpanse, Orangutan, Gibon

Perbedaan manusia dan primata lainnya
Manusia secara anatomi sama dengan primata lainnya, dalam banyak hal, namun ada beberapa perbedaan penting. Sebagian besar perbedaan ini hanya semata derajat. Sebagian besar primata dapat membuat genggaman yang kuat dengan mempertemukan ibu jari dan jari depannya; manusia juga dapat melakukannya tapi dengan presisi dan kelincahan yang lebih baik. Primata memiliki otak yang rumit dan kemampuan berkomunikasi, namun manusia memiliki otak yang lebih rumit lagi dan terorganisasi untuk menggunakan bahasa.
Bipedalisme juga membedakan manusia dari primata lainnya. Perubahan dalam bentuk berjalan ini berpengaruh besar pada evolusi manusia karena ia memungkinkan leluhur kita membawa makanan ke tempat yang lebih aman untuk dimakan. Bipedalisme juga membuat perjalanan jarak jauh menjadi lebih efisien; dan ia juga membebaskan tangan untuk membuat dan menggunakan perkakas.

Sumber
Donald Johansson. Becoming Human

Cara Restraint Primata



restrain adalah terapi dengan menggunakan alat-alat mekanik atau manual untuk membatasi mobilitas fisik klien. dalam ulasan kali ini akan di bahas bagaimana cara untuk restrain salah satu dari hewan liar yaitu primata secara umum. Primata merupakan hewan liar yang cukup berbahaya karena selain dapat melukai dengan gigitan dan cakaran, hewan ini dapat mengakibatkan zoonosis pada manusia. Namun sebagai dokter hewan, terkhususnya yang berkecimbug dibidang satwa liar kita harus mengetahui bagaimana cara-cara dari merestrain hewan ini. yang terutama harus dimiliki dalam merestrain primata adalah keberanian, kecepatan kekuatan dan ketangkasan, serta restu dari tuhan.
Hal pertama yang harus di perhatikan adalah memproteksi diri sendiri dengan alat seperti masker dan  sarung tangan. 
Untuk primata kecil dan lambat seperti kukang dapat menggunakan jaring. karena ukurannya yang kecil primata jenis ini sangat mudah untuk direstrain.
Untuk primata agak besar dengan berat kurang dari 15kg seperti monyet ekor panjang dapat direstrain dengan cara memegang kedua tangan monyet kebelakang leher untuk menghindari cakaran dan gigtan. 
Untuk primata besar seperti kera cara restrainnya adalah dengan menggunakan obat-obatan seperti obat sedative dan obat bius.
Sekian penjelasan dari saya, terima kasih telah membaca. Pembaca yang baik akan meninggalkan jejak yang semestinya. Terima kasih.