EMBRIOLOGI VETERINER
ORGANOGENESIS
Disusun oleh :
SATRIA
ANUGRAH DEWANTARA 1309005083
SAPTARIMA
EKA E. BORO 1309005084
TRI
INDRA E. SIHOMBING 1309005086
FEBIO
TOMASINI MARCIANO MEUS 1309005087
TERESIA
IRENE JULIANTA S. 1309005088
GIGIH
PAMBUDI 1309005089
GRACE
TABITHA TENGHI OLITHA S. 1309005090
ANNABELLA
RUTH WIJAYA 1309005091
I
GUSTI NGURAH SURYA PRANATA 1309005117
I
PUTU GEDE WIDNYANA ARYAWIGUNA 1309005118
I
WAYAN WIDYA AIGUNAWAN 1309005119
FAKULTAS
KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS
UDAYANA
DENPASAR
2014
KATA PENGANTAR
Puji dan Syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
atas berkat dan rahmat-Nya penulis dapat menyelesaikan paper Embriologi
Veteriner yang berjudul “Organogenesis.”
Paper ini bertujuan membantu mahasiswa dan masyarakat pada umumnya untuk
lebih mendalami dan mengetahui tentang pentingnya mempelajari proses
perkembangan hewan, yaitu perkembangan embrio di dalam tubuh
induk. Khususnya
dalam hal ini adalah organogenesis, yaitu pembentukan organ tubuh.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada
pihak-pihak yang telah mendukung dan membantu dalam penyelesaian paper ini. Penulis
sadar bahwa paper
yang penulis
buat ini tidak sempurna oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran
dari pembaca demi kesempurnaan paper ini.
Denpasar, 10 November 2014
Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR............................................................................................ ii
DAFTAR ISI.......................................................................................................... iii
DAFTAR GAMBAR............................................................................................. iv
BAB I
PENDAHULUAN...................................................................................... 1
1.1 LATAR
BELAKANG...................................................................................... 1
1.2 RUMUSAN
MASALAH................................................................................. 1
1.3 TUJUAN........................................................................................................... 1
BAB II TINJAUAN
PUSTAKA............................................................................ 2
2.1 PENGERTIAN
HISTOGENESIS DAN ORGANOGENESIS...................... 2
2.2 PROSES ORGANOGENESIS........................................................................ 2
2.3 LAPIS BENIH
DAN HASIL DIFERENSIASINYA..................................... 5
2.4 FAKTOR YANG
MEMPENGARUHI ORGANOGENESIS...................... 13
2.5 KELAINAN
AKIBAT KEGAGALAN ORGANOGENESIS.................... 16
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN............................................................. 19
3.1 KESIMPULAN............................................................................................... 19
3.2 SARAN........................................................................................................... 20
DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 21
DAFTAR
GAMBAR
Gambar 1. HASIL
DIFERENSIASI LAPIS BENIH ENDODERM.................... 8
Gambar 2. HASIL
DIFERENSIASI LAPIS BENIH MESODERM.................. 11
Gambar 3. HASIL
DIFERENSIASI LAPIS BENIH EKTODERM.................. 13
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
LATAR
BELAKANG
Organogenesis merupakan
tahapan setelah tahap grastulasi. Tahap embriogenesis diawali dengan tahapan histogenesis.
Histogenesis merupakan suatu proses diferensiasi dari sel yang semula belum
mempunyai fungsi menjadi sel yang mempunyai fungsi khusus. Dengan kata lain,
histogenesis adalah differensiasi kelompok sel menjadi jaringan, organ atau
organ tambahan. Dalam perkembangan hewan, organogenesis (organo-genesis berasal
dari kata Yunani όργανον yaitu dengan mana yang bekerja", dan γένεσις
"asal, penciptaan, generasi") adalah proses dimana ektoderm,
endoderm, dan mesoderm berkembang menjadi organ-organ internal organisme.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari
bentuk primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus) kemudian
berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan
dalam satu spesies.
1.2
RUMUSAN
MASALAH
1.2.1
Apa yang dimaksud dengan histogenesis
dan organogensis?
1.2.2
Bagaimana proses organogenesis?
1.2.3
Apa saja lapisan benih dan hasil
diferensiasinya pada proses organogenesis?
1.2.4
Apa saja faktor yang mempengaruhi proses
organogenesis?
1.2.5
Apa saja kelaianan yang ditimbulkan dari
kegagalan proses organogenesis?
1.3
TUJUAN
Agar
dapat mengetahui pengetahuan mahasiswa, terkhusus mahasiswa Fakultas Kedokteran
Hewan agar dapat mengetahui proses embriogenesis.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
PENGERTIAN
HISTOGENESIS DAN ORGANOGENESIS
Organogenesis
merupakan tahapan setelah tahap grastulasi. Tahap embriogenesis diawali dengan
tahapan histogenesis. Histogenesis merupakan suatu proses diferensiasi dari sel
yang semula belum mempunyai fungsi menjadi sel yang mempunyai fungsi khusus.
Dengan kata lain, histogenesis adalah differensiasi kelompok sel menjadi
jaringan, organ atau organ tambahan. Dalam perkembangan hewan, organogenesis
(organo-genesis berasal dari kata Yunani όργανον yaitu dengan mana yang
bekerja", dan γένεσις "asal, penciptaan, generasi") adalah
proses dimana ektoderm, endoderm, dan mesoderm berkembang menjadi organ-organ
internal organisme.
Lapisan
dalam organogenesis dibedakan menjadi tiga yaitu endoderm, mesoderm dan
ektoderm. Selama tahap awal pada hewan chordata adalah tabung saraf dan
notochord. Semua hewan vertebrata memiliki proses pembentukan gastrula dengan
cara yang sama. Singkatnya,
organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari
bentuk primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus) kemudian
berdiferensiasi menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga
hewan dalam satu species. Fetus memiliki bentuk yang spesifik bagi
setiap famili hewan. Artinya tiap bentuk fetus hewan memiliki ciri khas
tersendiri yang mencerminkan
spesiesnya. Organogenesis ialah
tahapan perkembangan embrio yang paling sensitif dan memerlukan waktu paling
lama. Dengan berakhirnya organogenesis maka ciri-ciri eksternal dan sistem
organ utama sudah terbentuk yang selanjutnya embrio disebut fetus.
2.2
PROSES
ORGANOGENESIS
2.2.1
Periode-periode pada organogenesis
Organogensis dimulai
akhir minggu ke-3 dan berakhir pada akhir minggu ke-8. Dengan berakhirnya
organogenesis maka ciri-ciri eksternal dan sistem organ utama sudah terbentuk
yang selanjutnya embrio disebut fetus. Pada periode pertumbuhan antara atau
transisi terjadi transformasi dan differensiasi bagian-bagian tubuh embrio dari
bentuk primitif sehingga menjadi bentuk definitif. Pada periode ini embrio akan
memiliki bentuk yang khusus bagi suatu spesies. Pada periode pertumbuhan akhir,
penyelesaian secara halus bentuk definitif sehingga menjadi ciri suatu
individu.
Organogenesis memiliki dua periode atau
tahapan yaitu
a)
Periode pertumbuhan antara
Pada periode ini
terjadi transformasi dan diferensiasi bagian – bagian tubuh embrio sehingga
menjadi bentuk yang definitif, yang khas bagi suatu spesies. Seperti pada katak
adanya tingkat berudu.
b)
Periode Pertumbuhan akhir
Periode pertumbuhan
akhir adalah periode penyelesaian bentuk definitif menjadi suatu bentuk
individu (pertumbuhan jenis kelamin, roman / wajah yang khas bagi suatu
individu). Namun pada aves, reptil dan mamalia batas antara periode antara dan
akhir tidak jelas.
Organogenesis yaitu
proses pembentukan organ-organ tubuh pada makhluk hidup (hewan dan manusia).
Organ yang dibentuk ini berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio
pada fase gastrula. Contohnya :
a)
Lapisan Ektoderm akan berdiferensiasi
menjadi cor (jantung), otak (sistem saraf), integumen (kulit), rambut dan alat
indera.
b)
Lapisan Mesoderm akan berdiferensiasi
menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis dan ovarium),
alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren.
c)
Lapisan Endoderm akan berdiferensiasi
menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan alat respirasi seperti pulmo.
Lalu ada imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding tubuh embrio dalam
pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya : Lapisan mesoderm
dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi pembentukan kelopak mata.
2.2.2
Transformasi dan Diferensiasi
Pada akhir dari proses
gastrulasi, lapisan benih telah berdiferensiasi, tetapi belum dapat berfungsi.
Sel masih tidak berfungsi sampai pada proses diferensiasi khusus yang disebut histological differentiation atau cytodifferentiation. Hasil dari proses
diferensiasi khusus ini adalah terbentuknya protein baru dalam sel. Protein
khusus ini memungkinkan sel tertentu mampu berfungsi untuk hanya satu fungsi.
Transformasi dan
diferensiasi bagian-bagian embrio bentuk primitif berupa :
1.
Ekstensi dan pertumbuhan lapisan-lapisan
yang terbentuk pada tubulasi.
2.
Evaginasi dan invaginasi daerah tertentu
setiap lapisan.
3.
Pertumbuhan yang tak merata pada
berbagai daerah lapisan.
4.
Perpindahan dari sel-sel dari setiap
lapisan ke lapisan lain atau ke rongga antara lapisan-lapisan.
5.
Pertumbuhan alat yang terdiri dari
berbagai macam jaringan, yang berasal dari berbagai lapisan.
6.
Pengorganisasian alat-alat menjadi
sistem : sistem pencernaan, sistem peredaran darah, sistem urogenitalia, dan
seterusnya.
7.
Penyelesaian bentuk luar (morfologi,
roman) embrio secara terperinci, halus dan individual.
2.2.3
Proses morfogenesis
Bentuk
dari organisme tergantung dari dua
faktor, yaitu bentuk sel dan posisi relatif dari sel tersebut. Jadi,
morfogenesis terjadi pada beberapa tingkat, yaitu pada tingkat organisme, organ
tubuh, jaringan organ, dan tingkat seluler. Karena itu, morfogenesis terjadi
tidak hanya pada pembentukan organisme, tetapi juga pada pembentukan sel.
Dengan kata lain, morfogenesis merupakan proses yang menyangkut perubahan pada
tingkat sel dan supraseluler.
1.
Pertumbuhan
Pertumbuhan
mengacu pada pertambahan secara berangsur-angsur ukuran dan jumlah sel.
Pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran secara permanen. Pertumbuhan dapat
diukur dari peningkatan kandungan protoplasma, umumnya dalam bentuk berat
kering. Jadi, pertumbuhan adalah bertambahnya ukuran secara permanen yang dapat
diukur. Pertumbuhan dari organisme dapat diukur dari tiga tingkat berbeda,
yaitu organ dan jaringan, sel, dan struktur subseluler atau protoplasma.
2.
Pertumbuhan protoplasma atau pertumbuhan
subseluler
Tipe
pertumbuhan ini menyangkut beberapa proses yaitu:
a)
endositosis substansi yang ada di
sekitar sel. Substansi ini dapat berupa molekul kecil (air, garam, gula) dan
molekul besar (asam lemak, peptida, oligopeptida). Endositosis menyebabkan
bertambahnya berat sel.
b)
sintesis molekul selain DNA, yang
digunakan untuk keperluan internal sel
atau untuk sekresi ekstraseluler.
Molekul yang disintesis dapat berupa molekul kecil, besar, maupun makro
molekul.
3.
Pertumbuhan sel
Sel
telah dipercaya sebagai unit kehidupan. Pada tingkat seluler, pertumbuhan sel
meliputi perubahan dalam ukuran sel. Perubahan dalam ukuran ini dapat berupa
bertambahnya volume sel tersebut tanpa bertambahnya jumlah sel atau
bertambahnya ukuran sebagai hasil meningkatnya jumlah pembelahan sel.
2.3
LAPIS
BENIH DAN HASIL DIFERENSIASINYA
Lapisan dalam organogenesis
dibedakan menjadi tiga yaitu endoderm, mesoderm dan ektoderm.
2.3.1
Endoderm
Pada gastrula bundar, archenterons
langsung akan menjadi lumen lapisan endoderm, yang akan membina metenteron (saluran pencernaan primitif).
Metenteron dibagi atas tiga daerah yaitu foregut
(metenteron depan), midgut (tengah)
dan nindgut (belakang).
Pada
lapisan endoderm, turunannya akan membentuk :
1.
Lapisan epitel seluruh saluran pencernaan
mulai faring sampai rektum.
2.
Kelenjar-kelenjar pencernaan misalnya
hepar, pankreas, serta kelenjar lendir yang mengandung enzim dalam esofagus,
gaster dan intestium.
3.
Lapisan epitel paru atau insang.
4.
Kloaka yang menjadi muara ketiga
saluran: pembuangan urin (ureter), makanan (rektum), dan kelamin (duktus
genitalis).
5.
Lapisan epitel vagina, uretra, vesika
urinaria dan kelenjar-kelenjarnya.
Proses-proses pembentukan organ pada
lapis benih endoderm:
a)
Pembentukan saluran pencernaan
Saluran
pencernaan primitif terbagi menjadi 3 bagian, yaitu
·
Usus depan: terbentuk oleh adanya
pelipatan endodern atap arkenteron bagian anterior, yang akan diikuti oleh
mesoderm splanknik. Usus depan akan menjadi rongga mulut, faring, esofagus,
lambung dan duodenum.
·
Usus tengah: daerah arkenteron antara
usus depan dan usus belakang.
Usus tengah akan menjadi jejenum, ileum dan kolon .
Usus tengah akan menjadi jejenum, ileum dan kolon .
·
Usus belakang: terbentuk oleh adanya
pelipatan endodern atap arkenteron bagian posterior, yang akan diikuti oleh
mesoderm splanknik.
Usus belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus
Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus yang dibentuk dari lapisan benih ektoderm. Jaringan-jaringan serta struktur-struktur lain penyususn saluran pencernaan dibentuk oleh mesoderm splanknik.
Usus belakang akan menjadi rektum dan kloaka atau anus
Epitel saluran pencernaan terbentuk dari endoderm, kecuali epitel mulut dan anus yang dibentuk dari lapisan benih ektoderm. Jaringan-jaringan serta struktur-struktur lain penyususn saluran pencernaan dibentuk oleh mesoderm splanknik.
b)
Pembentukan mulut
Mulut terbentuk pada
bagian anterior usus depan. Invaginasi ektoderm (lekuk stomodeum) yang diikuti dengan
evaginasi endoderm usus depan menyebabkan terbentuknya keping oral. Keping oral
makin lama makin menipis, akhirnya pecah lalu menjadi lubang mulut.
c)
Pembentukan anus
Anus terbentuk pada
bagian posterior usus belakang. Invaginasi ektoderm (lekuk proktodeum) yang
diikuti dengan evaginasi endoderm usus belakang menyebabkan terbentuknya keping
anal. Keping anal makin lama makin menipis, akhirnya pecah lalu menjadi lubang
anus.
d)
Pembentukan hati
Tunas (divertikulum)
hati timbul sebagai evaginasi ke arah ventaral dari endoderm di antara bakal
lambung dan duodenum. Tonjolan endoderm tersebut dilapisi oleh mesenkim dan
mesoderm splanknik. Tunas hati kemudian bercabang-cabang membentuk hati,
percabangan bagian distal membentuk sel-sel parenkim sekretori, bagian
proksimal membentuk sel-sel duktus hepatikus. Sel-sel hati (parenkim hati) dan
sel-sel duktus hepatikus terbentuk dari endoderm Jaringan-jaringan lain dari
hati dibentuk oleh mesenkim dan mesoderm splanknik. Dari bagian akar tunas hati
timbul tonjolan yang lain, yaitu tunas kantung empedu.
e)
Pembentukan pankreas
Pankreas tunggal
berasal dari dua buah tonjolan endoderm di dekat tunas hati (1 di ventral dan 1
di dorsal). Kedua tonjolan tersebut kemudian bercabang-cabang dan berfusi
membentuk pankreas tunggal. Sel-sel pankreas sekretori (asini pankreas) dan
sel-sel duktus pankreatik dibentuk dari sel-sel endodermal.
Pulau-pulau Langerhans
dibentuk dari sel-sel endodermal. Pada awal perkembangannya, kelompok sel-sel
endodermal ini menjadi terpisah dan terperangkap dalam mesoderm di antara asini
pankreas. Kelompok-kelompok tersebut termodifikasi menjadi sel-sel pulau
Langerhans. Di dalam pankreas manusia dewasa terdapat 200.000 sampai 1.800.000
pulau Langerhans.
f)
Pembentukan trakea dan paru-paru
Pembentukan trakea dan
paru-paru berkaitan dengan saluran pencernaan. Pada usus depan di perbatasan
faring dan esofagus terjadi evaginasi endoderm ke arah ventral membentuk lekuk
laringotrakea. Lekuk laringotrakea memanjang, kemudian memisahkan diri dari
usus depan dan akan tumbuh ke arah posterior sebagai trakea yang terletak di
sisi ventral esofagus.
Endoderm yang berasal
dari usus depan membentuk bagian epitel trakea, sedangkan tulang rawan,
jaringan ikat dan ototnya berasal dari mesenkim disekitarnya. Sementara memanjang,
kedua ujung trakea menggelembung lalu menjadi tunas paru-paru. Mesoderm akan
menginduksi tunas paru-paru untuk terus tumbuh dan membentuk percabangan
bronkus dan bronkiolus. Di akhir percabangan, epitel akan menipis dan
terbentuklah alveolus. Epitel bronkus sampai dengan alveolus terbentuk dari
endoderm, demikian pula dengan kelenjar-kelenjarnya; sedangkan jaringan ikat
dan otot pada paru-paru terbentuk dari mesenkim. Pleura yang membungkus
paru-paru berasal dari mesoderm splanknik.
Gambar
1. Hasil Diferensiasi Lapis Benih Endoderm
2.3.2
Mesoderm
Mesoderm adalah lapisan benih kedua yang terbentuk, tetapi
merupakan sumber bagian terbesar zat hidup dalam organisme. Seluruh otot,
jaringan- jaringan ikat padat (tulang, kartilago dan serat), darah dari pembuluh-pembuluhnya,
serta mesenterium tipis yang menghubungkan hampir semua organ dalam ke dinding
tubuh,
Adapun turunan mesoderm meliputi:
a)
Mesoderm
korda
Biasa disebut juga sebagai mesoderm
aksial turunan mesoderm ini pada organisme dewasa disubstitusi oleh kolumna
vertebrata. Dimana kolumna vertebralis dibangun oleh sklerotom dari somit.
Fungsinya secara khusus yaitu membentuk notochord
atau sumbu tubuh yang berfungsi sebagai penyokong tubuh itu sendiri.
b)
Mesoderm
paraksial
Turunan mesoderm ini akan membentuk
jaringan ikat tubuh, tulang otot, tulang rawan, dan dermis. Diferensiasi
mesoderm dorsal ( paraksial ) ada yang bersifat segmental maupun yang tidak,
tergantung pada hewannya. Beberapa contoh diferensiasi dari mesoderm dorsal
(paraksial) adalah sebagai berikut:
·
Pada Ayam dan burung
Disebut juga
mesoderm segmental. Sel-sel mesoderm (yang tidak membentuk notochord) menyebar ke arah lateral membentuk lempengan yang tebal
disebut dengan mesoderm paraksial (terlentang sepanjang kedua sisi notochord dan lapisan neural). Sementara
daerah unsur primitif memendek dan lapisan neural terbentuk. Dari mesoderm
paraksial terpisah balok-balok berbentuk segitiga yang disebut somit. Somit pertama dibentuk pada bagian interior
dari embrio, dan somit-somit baru dibentuk dibelakang secara teratur. Sel-sel yang menyusun somit sangat mampat dan
tersusun atas suatu epitel. Perkembangan selanjutnya sel-sel pada bagian
ventral dari somit bermitosis (kehilangan sifat epitelnya) dan menjadi mesenkim
(kendur), daerah ini disebut sklerotum.
Sel-sel mesenkim akan bermigrasi ke arah lapisan neural dan notochord menjadi kondrosit akan
membangun rangka tubuh. Selanjutnya
sel-sel sklerotum memisahkan diri dari somit. Sisa-sisa sel-sel somit membentuk
suatu tabung padat berlapis-lapis. Lapisan dorsal disebut dermaton (membentuk
jarikat kulit/ dermis). Lapisan dalam
disebut miotom ( sel-selnya membentuk otot membentuk otot serat lintang dari
punggung dan anggota tubuh)
·
Pada Manusia
Tidak
bersegmen dan merupakan tempat terjadinya proses pembentukan otot. Dimana pembentukan otot melaui proses yang
disebut miogenesis yang secara ringkasnya yaitu dibentuk dari sel mesenkim
membentuk mioblast (sel otot). Terdiri dari 4 tingkatan yaitu sel (somit)
sebagai prekursor, sel ini mengalami proliferasi membentuk populasi sel otot,
diferensiasi membentuk protein spesifik, dan menjadi sel otot yang matang.
Adapun untuk pembentukan otot rangka miotom yang berjejer sepasang-sepasang terbentang di
kedua sisi vertebra dimana setiap miotom
membentuk 2 daerah otot pada trunkus dimana daerah dorsal (epaxial) serta
daerah ventral yang dinamakan hypaxial.
Untuk otot
anggota terbagi atas dua yaitu yang berasal dari sel-sel mesenkim (dari
miotom) dan miotom berasal dari bagian luar pre-cartilage
rangka dalam kuncup anggota. Kemudian otot pada kepala berasal dari miofom dan
berasal dari pre-chorda. Lalu otot lidah
itu tumbuh dari daerah faring.
Untuk
beberapa jenis otot lain seperti otot jantung tumbuh dari lapisan
splanknopleura serta otot polos yang berasal dari dermaton dan kemudian membina otot
polos kutis dan subkutis.
c)
Mesoderm
intermedier
Turunan mesoderm ini akan membentuk sistem
urogenital dimana diferensiasinya meliputi pembentukan pembentukan ginjal yang
sebelumnya dimulai dengan pembentukan nefros dimana pada ikan primitif
dinamakan pronefros sedangkan pada ikan kelas tinggi serta amfibia dinamakan
mesonefros kemudian pada bangsa aves dan
mamalia, bukan lagi didalam bentuk nefron tetapi nefron-nefron tersebut sudah
membentuk organ berupa ginjal atau ren. Adapun pembentukan dari jenis-jenis
ginjal mahkluk hidup yaitu sebagai berikut:
1.
PRONEFROS
·
Dibentuk
dari segmen-segmen nefrotomi
·
Sel-sel
nefrotom berpisah dan membentuk rongga yaitu nefrocoel
·
Tubulus
pronefros dibentuk dari nefrotom yang mengandung nefrocoel serta bermuara dan berhubungan dengan coelom melalui nefrostom
·
Pada
ujung saluran pronefros yang lainnya bersatu membentuk duktus pronefros
·
Duktus
pronefros memanjang ke arah posterior dan bersatu dengan kloaka
·
Glomerulus
merupakan suatu gulungan pembuluh darah sebagai cabang dari aorta dorsal
berhubungan dengan corong dekat nefrostom
·
Kemudian
masuk melalui nefrostom ke dalam pronefros untuk kemudian dialirkan ke kloaka.
2.
MESONEFROS
·
Tubulus
mesonefros dibentuk dari nefrotom bagian posterior dari daerah pronefros
·
Tubulus
mesonefros berhubungan dengan duktus pronefros
·
Duktus
pronefros sekarang disebut duktus mesonefros atau duktus wolff
·
Pembentukan
tubulus mesonefros diinduksi oleh duktus pronefros, sewaktu duktus pronefros
tumbuh memanjang ke arah posterior tubuh
·
Aorta
dorsalis membuat cabang pembuluh darah yang menggelung membentuk glomerulus
yang berhubungan dengan duktus mesonefros
·
Bagian
tubulus yang berhubungan dengan gromerulus akan berinvaginasi membentuk kapsula
bowman
·
Pada
daerah dekat dengan daerah dimana duktus mesonefros bersatu dengan kloaka,
tumbuh suatu tonjolan yaitu tonjolan ureter
·
Tunas
ureter tumbuh melebar dan bercabang masuk ke dalam posterior dari mesonefros
yang merupakan bakal metanefros
·
Tunas
ureter menginduksi jaringan nefrogenik metanefros yang membentuk tubulus
metanefros.
d)
Mesoderm
lateral ventral (hipomer)
Turunan mesoderm ini akan membentuk sistem sirkulasi,
permukaan rongga tubuh, dan komponen anggota tubuh serta pertumbuhan anggota
gerak.
e)
Mesoderm
kepala : (somitomer)
Turunan mesoderm ini akan membentuk otot pada wajah atau
muka.
Gambar
2. Hasil Diferensiasi Lapis Benih Mesoderm
2.3.3
Ektoderm
Lapis
benih ektoderm
menghasilkan atau menumbuhkan bagian epidermal, neural tube, dan sel neural
crest.
1.
Epidermal
ektoderm akan menumbuhkan organ antara lain :
·
Lapisan
epidermis kulit, dengan derivatnya yang seperti sisik, bulu, kuku, tanduk,
cula, taji, kelenjar minyak bulu, kelenjar peluh, kelenjar lugak, kelenjar
lendir, dan kelenjar mata
·
Organ
perasa sepertai lensa mata, alat telinga dalam, indra pembau, dan indra peraba
·
Epithelium
dari rongga mulut (stomodium), rongga hidung, sinus paranasalis, kelenjar
ludah, dan kelenjar analis (proctodeum ).
2.
Neural tube akan menumbuhkan organ antara lain : otak, spinal cord, saraf perifer, ganglia, retina mata, beberapa reseptor pada kulit, reseptor
pendengaran, dan perasa, neurohifofisis.
3.
Neural crest akan menumbuhkan organ antara lain : neuron sensoris, neuron kolinergik, sistem saraf parasimpapetik, neuron adrenergik, sel schwann dan ginjal, sel medulla adrenal, sel para folikuler kelenjar tiroid, sel pigmen tubuh, tulang dan yang lainnya.
Sistem
saraf terdiri atas sistem sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi (perifer),
yaitu sistem saraf kranial, spinal, dan autonom. Sistem
saraf pusat berasal dari
lapisan neural yang dihasilkan oleh proses neurulasi. Lapisan
neural beserta salurannya (neurosoel) berdiferensiasi
menjadi otak dan medulla spinalis (sumsum tulang belakang). Saluran di dalam otak terdiri atas 4 ventrikel dan di
dalam sumsum
tulang belakang sebuah kanalis
sentralis.
Otak
embrio mula-mula terdiri atas 3 wilayah yaitu prosensefalon, mesensefalon, rombensefalon. Kemudian,
otak berkembang menjadi 5 wilayah yaitu prosensefalon berkembang menjadi
telensefalon (bakal serebrum) dan
diensesefalon. Adapun mesensefalon tetap sebagai mesensefalon. Sementara itu, rombensefalon berkembang menjadi
metensefalon (bakal serebelum) dan mielensefalon (bakal ponsvarolii dan medula
oblongata atau batang otak). Saluran di dalam telensefalon (telosoel) lateral
kiri dan kanan ialah ventrikel I dan ventrikel II. Ventrikel III adalah
telosoel median dan diosoel. Ventrikel IV ialah metasoel dan mielosoel.
Mesosoel tidak membentuk ventrikel, dan disebut duktus Sylvius. Dinding SSP awalnya ialah neuroepitelium yang merupakan
sumber sel-sel saraf dan neuroglia. Kemudian, neuroepitelium pada batang otak
dan sumsum
tulang belakang akan terdiri atas
lapisan ependum/ventricular (yang membatasi lumen), mantel (materi kelabu), dan
marginal (materi putih). Materi kelabu (mengandung banyak sel saraf dan neuroglia) dan materi putih
(berisi banyak akson bermielin) pada otak anterior dari batang otak, letak kedua materi itu
kebalikan dari kedudukannya di dalam sumsum tulang belakang.
Hipofisis
dibentuk dari 2 komponen, yaitu kantung Rathke (dari stomodeum) dan
infundibulum (dari diensefalon), masing-masing menjadi lobus anterior dan lobus
posterior dari hipofisis. Lobus intermedia terletak pada perbatasan kantung
Rathke bagian posterior dengan infundibulum. Tiap lobus menghasilkan hormon
yang berbeda. Pembentukan organ indera ditandai dengan adanya penebalan
(plakoda) pada ektoderm yang berhadapan dengan otak. Plakoda nasal
(olfaktorius), plakoda optik, dan plakoda otik (auditorius) masing-masing
berhadapan dengan telensefalon, diensefalon, dan mielensefalon. Selain berasal
dari plakoda optik (bakal lensa), mata berasal juga dari bagian diensefalon,
yaitu vesikula optik (bakal retina). Bakal telinga yang mulai dibentuk adalah bakal telinga
dalam yang berasal dari plakoda otik, baru kemudian bakal telinga tengah, dan
terakhir bakal telinga luar (bagi hewan yang memiliki daun telinga atau pina).
Gambar
3. Hasil diferensiasi lapis benih ektoderm
2.2.4 FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
ORGANOGENESIS
Faktor-faktor yang mempengaruhi
organogenesis adalah sebagai berikut:
2.4.1
Faktor Sel
Faktor sel meliputi :
(a)
Jumlah sel pada organisme, dimana
semakin banyak sel yang dimiliki oleh organisme yang sedang mengalami
organogenesis, maka semakin tinggi angka pertumbuhannya. Namun jika jumlah sel
organisme sedikit, maka sel-sel yang dibentuk lebih digunakan untuk
menggantikan sel-sel yang mati.
(b)
Faktor intrinsik sel, yaitu
faktor-faktor dari dalam sel itu sendiri. Contohnya adalah ukuran awal bakal
dasar organ, perbandingan sel yang membelah, dan panjang siklus sel.
(c)
Migrasi sel, dimana sel-sel bermigrasi
hingga membentuk sel-sel primordial. Contoh dari sel-sel yang dibentuk oleh
migrasi sel adalah neural crest, sel
benih primordial, dan sel somatik.
(d)
Rangsangan dari interaksi jaringan,
dimana sel mendapat rangsangan untuk berdiferensiasi. Sel yang awalnya tidak
memiliki kekhususan mendapat rangsangan untuk berdiferensiasi.
(e)
Penempatan sel, dimana determinasi sel
dipengaruhi oleh lokasi sel. Hal ini dikarenakan induksi sel tetangga, yaitu
sel yang mengirimkan sinyal ke sel tetangga untuk berdiferensiasi. Sinyal yang
dikirimkan berupa molekul parakrin yang hanya bisa menembus membran berpori.
Sinyal tersebut tidak bisa menembus membran tidak berpori seperti selulosa.
Salah satu contoh induksi sel tetangga adalah pada mesogenesis embrio ayam.
2.4.2
Faktor Gen
Terdapat
gen-gen yang ikut andil dalam menentukan organogenesis pada hewan. Contohnya
adalah gen yang disebut tinman pada lalat Drosophila.
Gen tinman tersebut dibutuhkan untuk membentuk jantung lalat. Sex combs reduced gene pada sebaris sel
di bagian anterior embrio lalat bertugas untuk membentuk kelenjar ludah. Selain
itu, terdapat juga kompleks gen Hox.
Kompleks gen tersebut bertugas mengatur diferensiasi neural tube menjadi medulla spinalis dan otak.
2.4.3
Faktor Pertumbuhan
Faktor
pertumbuhan meliputi :
(a)
Hormon
Telah diketahui bahwa
hormon berpengaruh pada organogenesis hewan dengan cara menyebabkan
diferensiasi sel. Contoh dari hormon tersebut adalah somatomedin. Hormon
tersebut merangsang sintesis DNA.
(b)
Faktor pertumbuhan lain
Selain hormon, terdapat
sekelompok senyawa mirip hormon yang disebut faktor-faktor pertumbuhan.
Faktor-faktor pertumbuhan tersebut antara lain:
·
Activin
Merupakan faktor
pertumbuhan yang termasuk Transforming
Growth Factor-β (TGF-β). Activin berfungsi untuk menginduksi jaringan
mesoderm dan endoderm. Pada katak Xenopus,
activin menginduksi pembentukan jantung dan ginjal katak.
·
Erythropoietin
Merupakan faktor
pertumbuhan yang bertugas untuk merangsang proliferasi sel erythroblast.
·
Thrombopoietin
Merupakan faktor
pertumbuhan yang berfungsi untuk merangsang proliferasi trombosit / platelet.
·
Fibroblast growth factor
Merupakan faktor
pertumbuhan yang bersama dengan epidermal growth factor bertugas untuk
merangsang pertumbuhan sel epitel dan sel mesenkim. Pada lalat Drosophila, fibroblast growth factor
dibutuhkan untuk pembentukan sistem pernafasan trakeal lalat. Faktor
pertumbuhan tersebut akan berikatan dengan reseptor dari protein tirosin kinase
untuk memicu proliferasi dari sel target. Pada mamalia, juga ada Fibroblast Growth Factor (FGF) yang
homolog dengan milik lalat Drosophila.
FGF mamalia tersebut membentuk saluran alveolar.
·
Epidermal
growth factor
Merupakan faktor
pertumbuhan yang bersama dengan fibroblast
growth factor untuk merangsang pertumbuhan sel epitel dan sel mesenkim.
·
Nerve growth factor
Merupakan faktor
pertumbuhan yang merangsang proliferasi dari ganglia sensoris dan simpatetik.
Faktor pertumbuhan ini juga berperan dalam pertumbuhan neurit dari sel saraf.
·
GATA dan T-box
Merupakan dua faktor
transkripsi yang dibutuhkan lalat Drosophila
untuk membentuk jantung.
·
Decapentaplegic (Dpp)
Merupakan suatu protein
yang melakukan inhibisi untuk menentukan posisi ventral dari kelenjar ludah
lalat Drosophila.
·
Molekul-molekul pengatur jalur migrasi
sel neural crest
Merupakan
molekul-molekul yang menempel pada permukaan sel neural crest dan pada
matriks ekstraseluler disekitar sel. Sel neural
crest menurunkan ekspresi N-cadherin pada permukaannya sehingga sel dapat
lepas dari neural tube. Reseptor
integrin muncul di permukaan sel neural
crest sehingga dapat berinteraksi dengan protein di jalur matriks
ekstraseluler selagi sel-sel tersebut bermigrasi.
2.2.5 KELAINAN AKIBAT KEGAGALAN
ORGANOGENESIS
Pada
umumnya terjadinya suatu kelainan pada fetus diakibatkan oleh kesalahan genetik
atau oleh masuknya suatu zat tertentu (teratogen) pada masa kehamilan (masa
organogenesis).
Kelainan yang terjadi diakibatkan suatu gangguan terhadap
proses perkembangan organisme, dapat sebagai akibat kematian sel atau akibat
gangguan ekspresi protein tertentu yang sangat diperlukan saat organogenesis.
Kelainan akibat
kegagalan atau kesalahan pada proses organogenesis, meliputi :
2.5.1
Kelainan akibat Kesalahan diferensiasi
Organogenesis
adalah suatu proses perkembangan yang melibatkan proses diferensiasi dimana
semua organ tubuh merupakan hasil diferensiasi ketiga lapisan embrional. Proses
diferensiasi sendiri merupakan suatu proses yang terkendali sehingga ketika
terjadi diferensiasi yang tidak terkendali maka akan mengakibatkan kelainan.
Contoh : tumor (teratoma)
2.5.2
Kelainan akibat Perkembangan berlebihan (Developmental asses)
Terjadi
perkembangan yang melebihi ukuran normal. Biasanya terjadi pada bagian ujung
dari tubuh.
2.5.3
Kelainan akibat
Kegagalan Perkembangan (Agenesis)
Agenesis
adalah suatu kegagalan perkembangan baik sebagian ataupun seluruhnya. Kelaianan
ini menyebabkan Acardia
(Jantung tidak ada/berkembang) dan Anencephaly
atau exencephaly. Bentuk kelainan ini berupa tidak terbentuknya otak
atau atap kepala, sehingga materi otak terdedah keluar. Umumnya embrio mati.
Agenesis
atap kepala disebabkan keterlambatan penutupan neural tube. Kelainan anencephally
biasanya disertai dengan kelainan lainnya
berupa: mata proptotik, hidung lebar, lidah membesar, leher pendek, timus
membesar tetapi terjadi pengecilan kelenjar adrenal, kelainan sumbing,
langit-langit bercelah, cyclopia,
syndaktili, anus imperforata, hernia, kelainan ginjal dan kelainan jantung.
2.5.4
Kelainan akibat Penggabungan atau Pemecahan
Contoh
kelainan penggabungan adalah berupa ginjal tapal kuda (Horseshoe). Contoh kelainan
pemecahan adalah ureter bercabang.
2.5.5
Kelainan akibat Kegagalan membagi
Suatu kelainan yang seharusnya memecah menjadi dua
bagian ternyata mengalami kegagalan untuk membagi. Contoh : syndaktili, suatu
kelainan jari berupa penggabungan dua
jari atau lebih. Ada dua jenis syndaktili yaitu :
-
Penggabungan
jaringan lunak, syndaktili yang terjadi hanya sampai tingkat jaringan lunak
atau kulit dapat dilakukan pembedahan karena tulang-tulang jari tidak
menggabung.
-
Penggabungan
jaringan tulang : jenis syndaktili ini sulit dipisahkan karena terjadi
penggabungan jaringan tulang.
2.5.6
Kelainan akibat Kegagalan Beratrofi
Contohnya adalah Anus
imperforata. Anus terbentuk dari pertumbuhan rongga coelom, sehingga anus
tertutup suatu membran. Normalnya, membran ini mengalami atrofi. Kegagalan
atrofi ini menyebabkan terjadinya anus imperforata. Insiden anus imperforata
adalah 1 diantara 4000 kelahiran.
2.5.7
Kelainan akibat Kegagalan berkonsolidasi
Contoh kelainan akibat gagal berkonsolidasi adalah
sebagai berikut:
-
Ginjal berlobi.
Permukaan ginjal tipe metanephros pada umumnya halus dan rata. Apabila terjadi
kegagalan konsolidasi nefron mengakibatkan permukan metanephros berlobi.
-
Pankreas tambahan
Terjadi kegagalan jaringan pembentuk pankreas untuk
berkumpul, sehingga tampak adanya pankreas tambahan.
2.5.8
Kesalahan Migrasi
Beberapa organ tertentu mengalami migrasi pada masa
perkembangannya. Kegagalan migrasi menyebabkan kelainan. Contoh : Ektopia
testis. Pada masa pembentukannya testes hewan, awalnya
berada di dalam rongga tubuh, selanjutnya testis harus mengalami descendensi
menuju ke kantung skrotum melalui canalis inguinalis. Bila terjadi kesalahan
migrasi, testis bisa berada di dalam rongga pelvis atau di dalam abdomen.
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1
KESIMPULAN
Organogenesis
merupakan tahapan setelah tahap grastulasi tahap embriogenesis diawali dengan
tahapan histogenesis. Histogenesis merupakan suatu proses diferensiasi dari sel
yang semula belum mempunyai fungsi menjadi sel yang mempunyai fungsi khusus.
Organogenesis adalah proses pembentukan organ tubuh atau alat tubuh, mulai dari
bentuk primitif (embrio) hingga menjadi bentuk definitif (fetus) kemudian berdiferensiasi
menjadi memiliki bentuk dan rupa yang spesifik bagi keluarga hewan
dalam satu spesies. Organogenesis memiliki dua periode atau tahapan
yaitu periode pertumbuhan antara dan periode pertumbuhan akhir
Organ yang dibentuk ini
berasal dari masing-masing lapisan dinding tubuh embrio pada fase gastrula.
Misalnya lapisan ektoderm akan berdiferensiasi menjadi cor (jantung), otak (sistem
saraf), integumen (kulit), rambut dan alat indera. Lapisan mesoderm akan
berdiferensiasi menjadi otot, rangka (tulang/osteon), alat reproduksi (testis
dan ovarium), alat peredaran darah dan alat ekskresi seperti ren. Lapisan
endoderm akan berdiferensiasi menjadi alat pencernaan, kelenjar pencernaan, dan
alat respirasi seperti pulmo. Imbas embrionik yaitu pengaruh dua lapisan dinding
tubuh embrio dalam pembentukan satu organ tubuh pada makhluk hidup. Contohnya :
lapisan mesoderm dengan lapisan ektoderm yang keduanya mempengaruhi dalam
pembentukan kelopak mata.
Faktor-faktor yang
mempengaruhi organogenesis adalah faktor sel, faktor gen serta faktor
pertumbuhan yang meliputi hormon dan faktor pertumbuhan lain yaitu activin,
erythropoietin, thrombopoietin, fibroblast
growth factor, epidermal growth
factor, nerve growth factor, GATA dan T-box, decapentaplegic (dpp), dan
molekul-molekul pengatur jalur migrasi sel neural
crest.
Kelainanan
yang diakibatkan oleh kegagalan pada proses organogenesis meliputi kelainan akibat kesalahan
diferensiasi, kelainan akibat perkembangan berlebihan (developmental asses), kelainan
akibat kegagalan perkembangan (agenesis), kelainan akibat penggabungan atau pemecahan, kelainan akibat kegagalan
membagi, kelainan akibat kegagalan beratrofi, kelainan akibat kegagalan berkonsolidasi, dan kesalahan migrasi.
3.2
SARAN
Setiap calon dokter hewan sebaiknya
mengetahui mengenai proses organogenesis karena dari ilmu ini dapat dipelajari
tentang pembelahan dari tiap-tiap lapis benih menjadi organ sehingga dapat
memungkinkan untuk membuat kloning organ dari tiap individu dan spesies hewan
yang unggul ataupun hampir punah.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonimous.2009. Turunan Mesoderm. Fakultas Keguruan Dan
Ilmu Pendidikan.Universitas Mataram: http://dosyin.blogspot.com. Diakses 30
Oktober 2014
Asashima,
Makoto, PhD;Ariizumi, Takashi, PhD.1999.In
vitro control of organogenesis and fundamental embryonic form by the peptide
growth factor activin.(http://link.springer.com/article/10.1007%2FBF02480052,
diakses tanggal 31 Oktober 2014).
Darmanto, Win, PhD. 2012. Mekanisme terjadinya kelainan. http://ebookbrowsee.net/terato-ii-mekanisme-waktu-organo-pptd419977740.
(diakses tanggal 30 Oktober 2014).
Mahayana, Indra Tri, Dr. Embrogenesis. Universitas Gajah Mada : Power point Presentation
Puja, I Ketut et
al. 2010. Embriologi Modern, Udayana
University Press : Denpasar.
Singer,
Susan Rundell, Prof.;Losos, Jonathan, Prof.;Mason, Kenneth;Johnson;Raven.2010.Biology.(https://www.inkling.com/read/biology-peter-raven-9th/chapter-54/organogenesis,
diakses tanggal 31 Oktober).
Yatim, Wildan et
al. 1984. Embryologi untuk Mahasiswa
Biologi dan Kedokteran, Penerbit Tarsito : Bandung.
Yohana et al. 2007. Perkembangan Hewan. DDC 580 / ISBN 9796897571 :
http://pustaka.ut.ac.id. Diakses 30 oktober 2014
Tidak ada komentar:
Posting Komentar